Foto Bersama di Basecamp Wekas, Magelang, Jawa Tengah. ( Foto Dok Kasapala )
Sabtu (26/12) lalu, Kasapala tanam pohon di Taman Nasional Gunung Merbabu. Kasapala yang tergabung dalam kampanye lingkungan hidup ‘1001 Pendaki Tanam Pohon,’ yang sebelumnya berkumpul di Basecamp Thekelan dan Cuntel (Kab. Semarang), Wekas (Kab. Magelang), dan Selo (Kab. Boyolali) itu, menanam berbagai macam bibit tanaman endemik Gunung Merbabu. Seperti Puspa (Schima wallichii), Akasia (Acacia decurrens), Nangka (Artocarpus heterophyllus), Beringin (Ficus benjamina), dan lain-lain.
Serah terima bibit dari pihak panitia kepada perwakilan Kasapala ( Foto Dok Kasapala )
Hutan di Gunung Merbabu seluas 5.725 hektar ditetapkan sebagai kawasan Taman Nasional, berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 135/Menhut-II/2004, pada 4 Mei 2004, tentang perubahan fungsi kawasan hutan lindung dan taman wisata alam.
Pada akhir Agustus lalu, kebakaran parah terjadi di Taman Nasional Gunung Merbabu, yang mengakibatkan kerusakan hutan seluas 90 hektar. Kordinator lapangan di Basecamp Cuntel, Kusnandar mengatakan, selama ini banyak oknum yang mengaku pendaki namun malah merusak alam. “Kami relawan yang terdiri dari lintas organisasi, memanfaatkan berbagai macam dukungan dari berbagai unsur elemen masyarakat untuk mengadakan program bersama yang sifatnya berkelanjutan,” tutur Kusnandar.
Proses penanaman bibit pohon dan pemberian label nama pohon di Pos 1 Gunung Merbabu via Wekas ( Foto Dok Kasapala )
Trisanto Handoyo, Ketua Salatiga Peduli menambahkan, seiring berkembangnya jaman, pembangunan perumahan atau pemukiman dan penanaman pohon tidak berjalan seimbang. Sebagai akibatnya, udara menjadi semakin panas, terlebih lagi dengan adanya gas buang. Ia menegaskan, “ini menjadi tanggung jawab kita bersama, dan tidak hanya di Salatiga. Kami akan terus mengkampanyekan program tanam pohon.”
“Terdekat di Gunung Ungaran, 14 Februari mendatang. Dan tidak hanya sebatas menanam, kami akan terus memantau perkembangan tanaman, akan dievaluasi dan terus dilakukan pemupukan,” tambah aktivis lingkungan yang akrab di panggil Mbah Santo itu.
Sejumlah Srikandi lingkungan nampaknya juga sangat mengapresiasi adanya kampanye peduli lingkungan. Jubaidah Rochmawati dari Badan Koordinasi Pecinta Alam Kaliwungu (Bakopak), Semarang mengatakan, “menanam pohon bagi saya seperti menanam suatu kehidupan baru, dari situ kita mempunyai aset yang sangat berharga untuk anak maupun cucu kita di masa yang akan datang. Intinya kita perlu menjaga hubungan timbal balik antara manusia dan alam. Selain itu, gender tidak menjadi penghalang, karena semua orang dapat berbuat baik untuk alam atau lingkungan,” terang Jubaidah.